Paradoks Keimanan

Pengamen dengan genre keroncong di sudut stasiun Tawang.

Pengamen dengan genre keroncong di sudut stasiun Tawang.

Saat adzan maghrib berkumandang, ada pikiran liar yang melintas. Sederhana, tapi menghunjam cukup dalam, dan terpatri dalam hati sanubari. Hingga menjelang kepulangan ke Bandung, sembari ditemani alunan musik keroncong di stasiun Tawang, hamba masih terpekur dengan lintasan pikiran liar nan binal tersebut.

Sebagaimana grafik sinusoidal yang amplitudonya berosilasi dengan teratur, begitulah grafik amal dan iman hamba yang dhoif ini. Bedanya mungkin, grafik sinusoidal hamba ditambah dengan nilai offset negatif hingga yg plus jadi nol, yang minus tambah minus. Jadi, rasanya beuntung sekali kalau dosa hari ini lebih sedikit dari dosa hari kemarin. Apalagi kalau bisa berbuat baik kepada sesama.

Read more of this post

Momen Kelembaman Memori

Menikmati siang di pantai Heundae Busan.

Menikmati siang di pantai Heundae Busan.

Tiap manusia yang mesti pindah dari satu tempat/kondisi menuju tempat/kondisi lain sebagian besar mungkin akan mengalami yang namanya euforia yang diikuti perasaan kangen akan masa lalu jika tempat atau kondisi tersebut dia harapkan. Ada pula yang mungkin akan menggerutu kesal jika ternyata kondisi tersebut sejak awal tidak dia harapkan. Apa pun itu, yang jelas setiap perubahan pastilah memicu impuls perasaan dalam hati manusia, sedikit ataupun banyak.

Fenomena tersebut sebenarnya tak jauh beda dengan suatu teori yang pernah dikemukakan sir Isaac Newton beberapa abad sebelumnya. “Suatu benda akan terus diam atau bergerak konstan lurus beraturan jika tak dikenai gaya padanya”, begitulah kurang lebih isi dari Hukum Newton I yang menguraikan mengenai kelembaman suatu benda. Sebagai ilustrasi, batu yang diam di tanah akan tetap pada posisinya selama tak ada gaya yang menarik atau mendorongnya.

Read more of this post

Teorema Bayes dan Media

Foto tersebut di ambil di depan musium nasional Korea

Foto tersebut di ambil di musium nasional Korea

Akhir-akhir ini penetrasi jaringan internet telah begitu dalam menjangkau masyarakat Indonesia. Tak hanya masyarakat kota, masyarakat di desa pun kini mulai banyak yang melek dengan dunia IT semenjak operator telekomunikasi berlomba untuk menyediakan servis jaringan yang kompetitif bagi masyarakat. Walau tak dapat dipungkiri bahwa kecepatan jaringan masih begitu lambat jika dibandingkan dengan negara tetangga, namun kita juga perlu mengapresiasi kinerja pemerintah dan operator telekomunikasi untuk memeratakan jangkauan internet.

Dengan terhubungnya masyarakat ke jaringan internet, tentu akan memberikan efek positif dan negatif. Seperti sebuah mata koin yang dilempar, terjatuh, berputar sejenak dan akhirnya menunjukkan salah satu sisinya (head atau tail) seperti itulah efek positif dan negatif internet menyapa masyarakat pengguna internet. Harus kita akui seringkali efek tersebut datang tanpa disadari layaknya sedang berjudi dengan mata koin. Benar dan salah memiliki probabilitas yang sama. Namun celakanya kita telah membuat probabilitas itu menjadi semakin rumit dan memerlukan uraian matematis yang lebih panjang ketimbang salah atau benar saja.

Read more of this post

Dialektika dan Teori Relativitas Einstein

Foto ini diambil saat menikmati senja di danau Weonchon kota Suwon.

Foto ini diambil saat menikmati senja di danau Weonchon kota Suwon.

Salah satu hal yang saya nikmati ketika belajar fisika adalah saat mempelajari Teori Relativitas Einstein [1] dan segala teori, fakta, dan imajinasi yang mengikutinya. Banyak spekulasi beredar ketika teori relativitas umum Einstein dipublikasikan, beberapa ilmuwan tak langsung menerimanya karena teori itu menabrak konsep fisika klasik yang diperkenalkan oleh sir Isaac Newton yang menyatakan bahwa waktu adalah konstanta absolut [2]. Namun rupanya ada seorang ilmuwan yang tak langsung menafikan teori itu, malahan mencoba membuktikan kebenarannya dengan serangkaian eksperimen yang direkam dalam film yang diangkat dari kisah nyata [3].

Terus terang, film itu cukup dramatis dan keren untuk ukuran film dengan genre sejarah. Sebuah pemikiran segar nan orisinil kala itu dipertentangkan dengan sebuah dogma yang begitu kukuhnya mencengkeramkan kukunya di dunia fisika klasik. Yang membuat lebih seru adalah kondisi dunia yang sedang berkecamuk oleh Perang Dunia 1 yang melibatkan gengsi antar negara. Harga diri mereka tak hanya dipertentangkan dalam medan perang namun juga mimbar ilmiah. Ilmuwan Inggris kala itu mencoba meruntuhkan teorema baru yang digagas oleh ilmuwan Jerman (red. Albert Einstein) dengan menunjuk seorang Astronom sekaligus seorang ahli matematik dan praktisi filosofi sir Arthur Eddington.

Read more of this post

Tentang Rasa

desember

Rasa adalah kata yang memiliki spektrum arti yang begitu luas. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, rasa dapat diafiliasikan dengan respon dari indera maupun tubuh secara fisik serta bisa juga dengan rohani maupun non fisik. Dalam penggunaannya pun terbukti kata rasa dapat menimbulkan multi interpretasi di sisi pembaca atau pendengar jika tak ada keterangan yang mempertegas makna yang diemban kata tersebut. Sebagai contoh kalimat “Dia dapat merasakan manisnya” dapat ditarik pada pemaknaan secara fisik jika setelah kata manis diberi objek berupa benda yang dapat dikecap seperti gula, sirup, madu, dan lainnya. Tapi kata rasa dapat pula dimaknai pada hal yang bersifat non fisik jika kita tambahi kata hidup, ujian, pekerjaan, dan lain sebagainya.

Luasnya spektrum pemaknaan kata rasa tidak dapat dilepaskan dari karakter pengguna kosakata tersebut. Tak dapat dipungkiri bahwa manusia memiliki perbedaan dalam banyak hal soal rasa hingga hal yang cukup detail. Kita ambil contoh rasa pedas. Ada orang yang suka masakan yang sangat pedas hingga membuat kepala berkeringat dan terasa gatal. Ada yang suka masakan yang pedas saja yang hanya bikin lidah kepanasan tapi gak sampai membuat kepala terasa berkeringat dan gatal. Ada yang suka masakan yang gak terlalu pedas, yang penting lidah dapat merasakan panasnya dicubit oleh cabe.

Read more of this post